Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
tetap semangat,,,apapun yang terjadi... "nikmatilah setiap proses yang terjadi dalam perjalanan hidupmu."
Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

RSS

TUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

PERANAN STAKEHOLDER PENYAKIT MALARIA DAN PD3i

1.   Peranan Stakeholders Dalam Masalah Penyakit Malaria Stakeholders yang berperan antara lain :
·      Dinas Pendidikan (lokakarya, penyusunan draft pendidikan, dsb)
·      Dinas Kesehatan (surveilans, promosi kesehatan, P2P dan sebagainya)
·      Institusi pendidikan (penelitian, pengabdian masyarakat, dll)
·      Pihak swasta (penyediaan abate, dana, dan dsb)

Peran Dinas Kesehatan :
a.     Advokasi lintas sektor penanggulangan malaria di tingkat Pemda
b.     Kegiatan lokakarya penanggulangan malaria
c.     Melakukan survei jentik dan kontainer serta mengeluarkan hasil survei
d.     Surveilans
e.     Promosi kesehatan

Peran Dinas Pendidikan :
a.     Menginformasikan masalah kesehatan yang terjadi
b.     Pelatihan tentang bahaya malaria bagi para guru penjaskes/UKS
c.     Penyusunan muatan lokal tentang kesehatan (malaria) di SD
d.     Lomba sekolah sehat
e.     Pelatihan dokter kecil

Peran Kesra Setda :
a.     Fasilitator rapat koordinasi lintas sektor penanggulangan malaria tingkat Pemda
b.     Penyebaran informasi malaria melalui radio local

Kegiatan Kerjasama
Kegiatan kerjasama dinas kesehatan dan pendidikan ialah pelatihan bagi guru penjaskes/UKS. Tindak lanjut pelatihan berupa penyusunan draft muatan lokal malaria
Kerjasama kegiatan pemberantasan malaria dilakukan bersama-sama Dinkes, Dinas pendidikan, Institusi pendidikaan (pengabdian masyarakat), pihak swasta (menyediakan abate dan dana), dan kerjasama dengan pihak lain.

2.     Peranan Stakeholders dalam Masalah Penyakit PD3I,  Stakeholders yang berperan :
·      Dinas Kesehatan
·      Dinas Pendidikan
·      Puskesmas

 Peran Dinas Kesehatan :
1.     Pengambilan kebijakan terkait jenis imunisasi dan jadwal imunisasi
2.    Penyebarluasan informasi terkait daerah yang membutuhkan imunisasi yang berbeda,     daerah dengan gizi buruk, dan jumlah bidan sedikit
3.     Pembinaan dan pengawasan, pelaksanaan kegiatan imunisasi

Peran Puskesmas :
1.     Pembinaan kader-kader posyandu yang nantinya akan melakukan imunisasi
2.     Pendistribusian material untuk program imunisasi terhadap posyandu (vaksin, alat suntik, dll)
3.     Pengawasan pelaksanaan kegiatan imunisasi

Kerjasama Stakeholders dan Peranan yang Dapat Dilakukan oleh Stakeholders dalam Masalah Penyakit PD3I.
Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam melaksanakan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) , hal ini dilakukan karena sasaran dari imunisasi adalah merupakan anak usia sekolah dan dilaksanakan di sekolah.
Dinas Kesehatan dan Dinas Tenaga Kerja bekerjasama dalam pemberian vaksin tetanus toksoid pada tenaga kerja wanita usia subur. Selain itu, dilakukan kerja sama dalam program Pemberian vaksin pada tenaga kerja yang mendapat paparan virus. Misalnya pemberian vaksin rabies pada pekerja yang bekerja dengan hewan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

METODE PENELITIAN ANALITIK - OBSERVASIONAL

A.Inter vensional (eksperimental)
1.Uji Klinis
2.Intervensi : Pendidikan perilaku kesehatan masyarakat
B.Observasional
1.Studi Cross-Sectional
Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada saat tertentu. Subyek yang diamati hanya di osevasi satu kali saja dan pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, namun juga dapat untuk penelitian analitik sehingga sering digunakan untuk studi klinis maupun lapangan.
Kelebihan :
a.Keuntungan yang utama dari desain cross-sectional adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.
b.Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
c.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
d.Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
e.Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.
f.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif.
Contoh : Ingin diketahui peran kadar kolesterol, trigliserida, hemoglobin, jumlah konsumsi rokok, dan usia terhadap tekanan darah diastolok guru lelaki di Jakarta. Hubungan antara pelbagai variabel independen (factor risiko) dengan variabel dependen (tekanan darah) dinyatakan dalam persamaan regresi multiple.
Kekurangan :
a.Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana penyebab dan mana akibat 9dilema telur dan ayam, horse and cart).
b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi. Bila karakteristik pasien yang cepat sembuh atau meninggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa sakit panjang, terdapat salah interpretasi hasil penelitian.
c.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak , terutama bila variabel yang dipelajari banyak.
d.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
e.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.
f.Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek factor suatu risiko selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek suatu penyakit.

2.Studi Kasus-Kontrol (Case Control)
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan variabel bebasnya di cari secara retrospektif, karena itu studi kasus-kontrol disebut studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya di observasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. Pada studi ini dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah terkena penyakiy (efek), kemudian ditelusuri secara retrospektif ada atau tidak adanya factor risiko yang didug aberperan. Pemilihan subyek sebagai control ini dapat dilakukan dengan cara serasi (matching) atau tanpa matching.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formla pada masa neonates(formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)
Pada studi kasus control yaitu dengan mencari bayi dengan dan tanpa asma.
Kelebihan :
a.Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang
b.Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c.Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit
d.Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
e.Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai factor risiko sekaligus dalam satu penelitian
Kelebihan :
1.Data mengenai pajanan factor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik sehingga dapat menyebabkan recall bias. Data sekunder catatan medic rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.
2.Validasi mengenai informasi kadang – kadang sukar diperoleh
3.Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneloti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai factor eksternal dan sumber bias lainnya
4.Tidak dapat memberikan incidence rates
5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

3.Studi Kohort
Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek. Pada penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah kasusnya, kemudian subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni (internal), yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko serta belum mengalami faktor efek. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yang diteliti, sedang subyek yang tidak terpajan menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila subyek yang dipilih sudah terkena factor risiko namun belum mengalami efek dan kelompok pembanding dipilih dari subyek lain yang tanpa pajanan factor risiko dan tanpa efek.
Modifikasi Rancangan Studi Kohort
a.Studi Kohort Retrospektif
Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek pada kohort yang telah terjadi di masa lalu namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari saat pajanan risiko. Jenis analisis yang digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini sangat bergantung pada kualitas data pada rekam medik atau catatan yang dipergunakan sebagai sumber data.
b.Studi kohort berganda
Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding eksternal, penelitian dimulai dengan kedua kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yakni satu kelompok dengan factor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih sering digunakan ketimbang studi kohort dengan kelompok pembanding internal. Pendekatan metodologis pada rancangan penelitian kohort berganda ini dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun retrospektif.
c.Nested case-control study
Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol yang bersarang (nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek dengan efek yang positif yang berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.
Keunggulan studi in, yaitu penghematan biaya karena pemeriksaan laboratorik pada factor risiko hanya dilakukan pada kelompok kasus dan kantrol bukan pada semua subyek penelitian studi kohort, selain itu studi ini lebih unggul disbanding studi kasus-kontrol biasa karena sampel kontrolnya ditarik dari populasi yang sama dengan populasi kasus.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formula pada masa neonates(formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma dini)
Jika pada studi kohort, yaitu dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang diberi formula dini dan yang tidak.
Kelebihan :
1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika antara hubungan factor risiko dengan efek secara temporal
3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif
4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu factor risiko tertentu
5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
Kekurangan :
1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2.Sarana dan biaya biasanya mahal
3.Studi kohort seringkali rumit
4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang
5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor risiko dapat mengganggu analisis lain
6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

EPID P2M & NM

Kriteria Kausalitas menurut Austin Bradford Hill
1. Kekuatan asosiasi
Semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi, dan kekacauan)
2.Konsistensi
Replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.
3.Spesifisitas dari asosiasi
Ada hubungan antara spesifisitas dan kekuatan yang lebih akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya. Hubungan yang diamati tersebut semakin kuat, tetapi fakta berkontribusinya suatu agen terhadap penyakit yang beragam bukan merupakan bukti yang bertolak belakang dari peran setiap penyakit.
4.Temporalitas
Kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek sementara diperkirakan
5.Tahapan biologis
Perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan model konseptual yang dihipotesakan.
6.Masuk akal
Hubungan yang konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan secara umum. Kecenderungan ini selalu dipertimbangkan dengan menggunakan akal sehat
7.Koherensi
Semua observasi yang cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren.
8.Eksperimen
Demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol untuk merubah kausa bukan untuk hasil nilai yang lebih besar. Beberapa orang mengatakan eksperimen sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas.
9.Analogi
Argumentasi - argumentasi yang menyerupai dengan hasil yang didapatkan.

Ukuran Frekuensi Penyakit
A.Incidens: menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu.
Insidens terdiri dari :
1.Cumulative insidence/Incidence Risk
Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain.
Rumus :
CI = jml Kasus Barujumlah populasi /pada permulaan periode
Baik pembilang maupun penyebut yang digunakan dalam perhitungan ini adalah individu yang tidak sakit pada permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk terserang.

2.Insidence Rate/Insidence Density

Potensi perubahan status penyakit per satuan waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu.
Rumus :
ID = jml kasus insidens dlm periode wkt tertentu/jml org - waktu
Manfaat IR adalah untuk mengetahui besar masalah, resiko terkena, dan beban tugas fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah tersebut.
Attack Rate
Jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemik

B.Prevalens: menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu.
Prevalens adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu.
Rumus :
Prevalens = Jml individu yg skt pd saa tertentu/jml individu dlm populasi tsb pd saat tertentu

Prevalence terdiri dari :
1.Point Prevalence
Point Prevalens, yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam keadaan sakit pada satu waktu tertentu
2.Period Prevalence
Period Prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu.

Kegunaan Prevalens
a.Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu
b.Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS